Teologi Lingkungan Hidup (127)

Memahami Dalil-dalil Lingkungan Hidup: Jangan Memandang Enteng Barang Bekas!

Nasaruddin Umar

Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Pada tahun 1980-an, Alfin Toffler dalam bukunya yang mengejutkan dunia saat itu, Future Shock, menggambarkan bahwa salahsatu yang akan terjadi di masa depan akan terjadi budaya gampang membuang (mental dis­posable). Belum cukup 50 tahun ­seperti yang dipersepsikannya kini hamper semuanya terjadi. Salahsatu contohnya ialah sekali kita makan dan minum maka piring, gelas, sendok, dan garpu langsung dibuang. Ternyata  mental disposable merambah ke mana-mana. Dampaknya ialah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Botol-botol mineral dan kemasan plastik di buang begitu saja. Ternyata plastik dan semacamnya bisa berdampak negative terhadap lingkungan hidup.

Perabotan rumah tangga, sering kali kita ganti. Terka­dang ada yang masih bisa dimanfaatkan langsung dihancurkan atau dibuang. Tidak ada samasekali penghargaan kita terhadap barang bekas, padahal mereka telah banyak berjasa kepada kita. Lihat contohnya pakaian ihram bagi orang yang berkali-kali umrah dan haji. Bekas kain ihram yang pernah mempertemukannya dengan Tuhan dibuang begitu saja. Bahkan ada yang dijadikan kain pel. Buku-buku yang sudah dibaca dan membuat kita pintar juga kadang termasuk di antaranya.

Nabi mengingatkan kita bahwa jangan memandang enteng barang-narang bekas, karena boleh jadi itu bisa mempunyai arti terseniri bagi kita. Perhatikan hadis Nabi sebagai berikut:

Jabir r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW biasa khutbah dengan mimbar yang terbuat dari batang korma. Suatu ketika seorang perempuan dari golongan Anshar yang mempunyai budak yang ahli kayu berkata: ”Wahai Rasulullah, saya mem­punyai budak. Ia pandai sekali dalam perkayuan. Apakah boleh saya menyuruh nya untuk membuatkan mimbar khutbah ­untukmu? Rasulullah men­jawab: “Ia, silahkan”. Lalu sang Budak membuatkan mimbar dan pada hari Jum’at Rasulullah sudah menggunakan mimbar baru itu. Kayu bekas mimbar tua tiba-tiba menangis bagaikan bayi, lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya batang pohon ini merasa sedih setelah ia ditinggalkan” (H.R. Ahmad & Al-Suyuthi).

Dalam Riwayat lain diriwayatkan, Rasulullah turun dari mimbar dan mengajak berdialog bekas mimbar itu dengan mengatakan:

“Sekarang kamu boleh memilih antara ditanam di tempatmu semula, dengan kamu dapat tumbuh berkembang seperti sebelumnya, atau ditanam di surga dengannya kamu bisa meresap sungai-sungai dan mata air di sana, lalu kamu akan tumbuh dengan baik dan buh-buhmu akan dipetik para kekasih Allah. Apa pilihanmu akan aku laksanakan”. Abu Buraidah menanyakan jawabannya kepada Rasulullah dan kayu itu memilih untuk ditanam di surga. (H.R. al-Darimi).

Dalam riwayat lain dikatakan ketika Mesjid Nabawi dihancurkan untuk direnovas, Ubay ibn Ka’ab mengambil batang pohon bekas mimbar itu dan ia menyimpan di rumahnya sampai hancur. (H.R. Ahmad & Ibn Majah).

Sadarlah kita semua bahwa semuanya itu mempunyai arti di dalam kehidupan kita. Ingat firman Allah SWT: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali ‘Imran/3:191).https://tanyakanpada.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*