RM.id Rakyat Merdeka – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut sangat penting membangun ekosistem electric vehicle (EV) untuk percepatan pembangunan industri kendaraan listrik.
Menurut Erick, intervensi Pemerintah terhadap industri otomotif merupakan hal yang lumrah jika ingin mempercepat pertumbuhan di industrinya.
Dia menekankan, pada era 1980-an, Pemerintah juga melakukan program keberpihakan dalam melakukan melakukan industrialisasi motor dan mobil.
“Apalagi yang namanya motor dan mobil listrik itu tadi, bahan bakar bakunya ada di kita. Artinya jangan dilihat subsidi impor motor dan mobilnya, tetapi ekosistem di bawahnya akan terkena dampak positif juga,” ujar Erick melalui keterangan di Jakarta, Minggu (18/2/2024).
Opsi subsidi terhadap mobil dan motor listrik impor dinilai dapat mendorong percepatan pertumbuhan industri baterai motor dan mobil listrik di Indonesia.
Hal tersebut dimungkinkan karena Indonesia menguasai material nikel atau bahan baku utama baterai motor dan mobil listrik.
“Sekarang pemerintah, bukan hanya BUMN. Bagaimana pemerintah sudah melakukan kebijakan penggunaan kendaraan motor dan mobil itu mendapatkan subsidi Impor. Banyak yang bertanya, kenapa kendaraan listrik disubsidi,” katanya.
Erick menekankan bahwa membangun industri kendaraan listrik itu perlu dukungan banyak pihak, sebab dalam membangun industri ini tidak seperti membalikkan telapak tangan.
“Kan dalam melakukan intervensi tidak bisa seperti sulap. Dibicarakan hari ini, besok jadi. Itu kan perlu proses. Dan yang pasti kita perlu percepatan,” ucap Erick.
Lebih lanjut, Erick mengatakan, pihaknya telah mendorong berbagai BUMN untuk bertindak sejak dini.
Pertama, sejak tiga tahun lalu, Erick meminta membangun ekosistem daripada baterai kendaraan Listrik.
Selanjutnya, Erick mendorong PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk memberikan potongan harga pada malam hari.
Sebab 80 persen pengisian daya baterai listrik di lakukan di rumah.
“Langkah selanjutnya adalah kita dorong lagi bagaimana nanti kendaraan listrik ini ada recycling battery. Itu tidak kalah pentingnya karena nikel itu kan suatu hari akan habis. Jadi kalau recycling ini kita dorong dan memenuhi 90 persen kebutuhan Nikel, in ikan menjadi suatu hal yang positif. Ini sesuatu hal yang kita dorong lagi,” kata Erick.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan niatan untuk meningkatkan insentif bagi industri mobil listrik dalam upaya mendukung penggunaan kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.
Meskipun saat ini belum ada keputusan konkret terkait penambahan insentif tersebut, pemerintah telah mengambil langkah awal dengan mengurangi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk mobil listrik.
Menurut Presiden, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri otomotif Indonesia di pasar global, terutama ketika semua komponen kendaraan, termasuk baterai, diproduksi secara lokal.
Saat ditanya mengenai insentif untuk kendaraan umum listrik, Jokowi menegaskan bahwa pemerintah akan mendorong segala jenis kendaraan listrik untuk diproduksi di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan upaya untuk memperkuat industri otomotif nasional dan memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam bidang pembuatan baterai kendaraan listrik.
“Dorong semuanya. Tujuannya agar semua produksi berada di Indonesia. Semua merek kendaraan listrik diproduksi di Indonesia karena kita memiliki kekuatan dalam bidang baterai kendaraan listrik,” ujar Presiden.https://tanyakanpada.com/